Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/11/2012, 07:27 WIB

KOMPAS.com - Sebuah penelitian membuktikan bahwa perawatan sleep apnea dengan menggunakan CPAP (continuous positive airway pressure) dapat memperbaiki tekanan darah penderita hipertensi.

Banyak sudah penelitian yang menunjukkan bahwa ada hubungan sebab akibat antara mendengkur dan peningkatan tekanan darah tinggi. Bahkan, awal mula ditemukannya penyakit sleep apnea, justru diawali dari diamatinya penderita hipertensi yang mengantuk berlebih. Setelah direkam tidurnya, pasien-pasien yang semula dikira menderita narkolepsi ini ternyata tidur ngorok dan mengalami henti nafas saat tidur.

Henti nafas saat tidur terjadi karena menyempitnya saluran nafas atas, hingga walau gerakan nafas berusaha memompa, seolah dicekik, tak ada udara yang dapat lewat. Setelah sesak beberapa waktu, sistem tubuh akan membangunkan otak sejenak untuk menarik nafas. Oksigen dalam tubuh jadi turun dan kembali normal secara berulang-ulang (intermiten) sepanjang malam.

Akibat penurunan oksigen (hipoksia) intermiten ini akan memicu serangkaian reaksi dalam tubuh yang akan mengganggu kerja jantung dan pembuluh darah hingga peningkatan tekanan darah.

CPAP

Continuous positive airway pressure ditemukan oleh Prof. Colin Sullivan dari Sydney University, Australia. Penemuannya yang pertama kali diumumkan lewat jurnal kedokteran Lancet di tahun 1981 memberikan gairah baru bagi dunia kedokteran. Jika sebelumnya sleep apnea dibiarkan, kini berbagai penderitanya dapat tidur nyaman dan kualitas hidupnya meningkat kembali.

Alat yang dihubungkan ke pasien lewat sebuah masker hidung ini akan meniupkan tekanan untuk mengganjal saluran nafas atas agar tetap membuka selama tidur.

Sejalan dengan berbagai penelitian lanjutan, didapati bahwa penggunaan CPAP untuk mengatasi mendengkur juga dapat meringankan atau bahkan mencegah berbagai penyakit kronis yang diduga disebabkan oleh sleep apnea. Salah satunya: hipertensi.

Penelitian

Penelitian yang diterbikan dalam the Journal of Clinical Sleep Medicine ini menjadi yang pertama meneliti manfaat penggunaan CPAP pada praktek sehari-hari. Penelitian-penelitian sebelumnya hanya mengukur sleep apnea dan tekanan darah dalam setting laboratorium. Kini penelitian dilakukan pada pasien yang datang ke klinik.

Para ahli mengumpulkan 221 orang pria yang sudah diketahui menderita hipertensi namun baru didiagnosa dengan sleep apnea. Sleep apnea didiagnosa dengan pemeriksaan di laboratorium tidur, lewat indeks henti nafas perjam (AHI).

Penderita sleep apnea diberikan CPAP lalu diamati dalam dua kurun waktu. Pertama 3-6 bulan dan kedua pada 9-12 bulan setelah menggunakan CPAP. Hasilnya tekanan darah pasien baik sistolik (tekanan atas) dan diastolik (tekanan bawah) mengalami penurunan yang signifikan saat dikontrol pada kedua kurun waktu.

Para ahli juga menekankan bahwa penelitian ini tidak menunjukkan hubungan sebab-akibat antara sleep apnea dan hipertensi. Tetapi implikasinya pada praktek dokter sehari-hari cukup penting. Seperti telah tertuang dalam dokumen JNC7, sleep apnea adalah salah satu penyebab hipertensi yang bisa dikenali dan dirawat. Sayang sekali jika dilewatkan begitu saja.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau